Jakarta, Kirani – Ribut-ribut rencana Gubenur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang akan menanam pohon Pule atau Pulai, sebagai pengganti pohon Mahoni yang sudah ditebang, kini menjadi pro kontra masyarakat.
Ya, penebangan 191 pohon di kawasan Monumen Nasional dalam proyek revitalisasi memicu perdebatan serius. Kemudian adanya rencana Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mengganti pohon Mahoni yang ditebang dengan pohon Pule seperti menabuhkan genderang bersuara tentang peduli dan menjaga lingkungan hidup di jantung kota, Monas.
Memang Jakarta saat ini justru sangat membutuhkan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dan bebrapa Lembaga Swadaya Masyarakata (LSM) lingkungan hidup seperti Walhi menilai mencabut pohon dan mengganti dengan plaza yang dilapisi beton bukan pilihan yang baik.
Tercatat luas DKI yang sebesar 661,5 kilometer persegi sedianya harus memiliki RTH sebanyak 30 persen. Namun hingga kini DKI hanya memiliki RTH seluas 9,8 persen. Artinya masih jauh dari target.
Berbagai LSM lingkungan hidup menilai seharusnya Pemprov DKI Jakarta mengejar pemenuhan RTH, bukan justru mengurangi seperti yang terjadi sekarang. Justru, revitalisasi mengorbankan ratusan pohon yang merupakan paru-paru Jakarta.
Kualitas Kayu Pohon Pule Tidak Terlalu Bagus
Pohon Pule alias Pulai adalah nama pohon dengan nama Botani Alstonia Scholaris. Pohon ini dari jenis tanaman keras yang hidup di pulau Jawa dan Sumatra. Dikenal juga dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung.
Adapun kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembap, tetapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung.
Pohon ini banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain.
Pule memiliki sejarah panjang dengan penduduk Indonesia. Pohon Pule telah dimanfaatkan sejak abad ke-9 di Indonesia. Diceritakan, bahkan sosok pohon Pule pun sudah dikenal oleh nenek moyang kita terdahulu dan digambarkan dalam salah satu relief di Candi Borobudur abad ke 9.
Manfaat Pohon Mahoni Mengurangi Polusi Udara
Sementara itu, pohon Mahoni merupakan tanaman yang dapat mencapai ketinggian 5-40 meter dengan diameter mencapai 120 cm, batangnya lurus dan berbentuk silindris, memiliki akar tunggang, batang bulat, banyak cabang, daunnya majemuk menyirip genap dan berbentuk bulat telur.
Tanaman Mahoni atau Swietenia Mahagony Jacq berasal dari keluarga Meliaceae, dapat tumbuh dimana saja, dan pertumbuhannya cukup cepat. Pohon yang asalnya dari Hindia Barat ini dapat tumbuh subur di daerah payau dan pinggir pantai.
Pohon Mahoni dapat mengurangi polusi udara berkisar 47 hingga 69 persen. Daunnya dapat menyerap polutan-polutan udara dan juga menghasilkan banyak Oksigen (O2). Sehingga pohon ini banyak disebut sebagai pohon pelindung dan filter udara.
Sifat pohon Mahoni yang dapat tumbuh ditanah yang gersang menyebabkan banyak ditanam di pinggir jalan, selain untuk peneduh dari cuaca yang panas, dapat juga sebagai filter udara dan penghasil oksigen sehingga membuat udara terasa segar.
Selain sifatnya sebagai peneduh dan penyejuk udara, hampir semua bagian dari pohon ini dapat digunakan untuk keperluan yang lainnya. Kayunya yang kuat selalu digunakan utk membuat perabotan rumah tangga dan ukiran, daunnya dapat dijadikan makanan ternak sedangkan bijinya dapat digunakan sebagai obat-obatan.
Adapun buah mahoni memiliki dua zat dominan yaitu Flavonoid dan Saponin. Flavonoid sangat berguna untuk melancarkan peredaran darah, sedangkan Saponin berguna untuk mengurangi lemak badan dan memperkuat daya tahan tubuh.
Dalam Pengobatan Cina, pohon ini memiliki sifat pahit, dingin, anti jamur, dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Biasanya biji mahoni ini dikeringkan dan digiling halus sampai menjadi serbuk.
Umur pohon ini tahunan dan tidak mudah terkena hama ataupun penyakit, struktur kayu yang kuat dan tumbuh lurus keatas sehingga pohon Mahoni ini cocok sebagai peneduh di jalan, banyak sekali ruas jalan di daerah jawa, bali dan lombok menggunakan pohon ini.
Selain untuk peneduh di jalan, pohon ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi terutama kayunya. Kayu mahoni dikenal memiliki struktur yang kuat serta motif dan warna yang indah. Untuk digunakan kayunya, pohon ini memerlukan waktu puluhan tahun.
Pohon Mahoni banyak dibudidayakan di lahan lahan kritis ataupun hutan milik negara, dimana sistem dan mekanismenya harus terprogram dengan baik agar tetap terjaga kelestarian hutan maupun kegunaan bagi warga setempat. Pada masa pertumbuhan sebenarnya ada beberapa produk yang dapat dihasilkan dari pohon mahoni ini seperti daun dan buahnya.
Teks : Hadriani P | Foto : Dok. Istimewa